Pernah Terjatuh...

Kamis, 30 Oktober 2008

syachmare

Apakah kau masih menyimpan catatan tentang kita? Dimana kau menyelipkan tiket kereta api saat kita pulang ke kota Bandung. Kita menggunakan warna baju yang sama, dan kita tersesat di ibukota saat itu. Kita berkeringat akibat panasnya ibukota, lalu aku mengusap keringat di dahimu dengan tanganku, begitu pula denganmu. Di buku itu kau menulis banyak tentang kita, beberapa tiket bioskop, tiket travel dan kereta api. Banyak coretan-coretan gambar hati di buku itu, aku ingat jelas betapa cerianya kau saat menunjukkan buku itu padaku. Ada banyak photo kita berdua disana, di sebuah buku yang mungkin saat ini telah kau bakar dan menjadi abu…

Apakah kau masih ingat pada malam saat kita berada di sebuah tenda untuk berteduh dari lebatnya hujan? Aku memelukmu yang mengigil kedinginan, itulah kali pertama aku memelukmu. Kita berdua basah, kita berdua sakit setelahnya, namun kau tetap tertawa, tersenyum padaku.



Kau ingat saat kita berkelahi karena aku mencurangimu ketika bermain game? Kau terlihat begitu kesalnya padaku, mencubitku, dan meninggalkanku tidur. Tulisan-tulisan tanganmu tetap berada di ruangan ini dan di dalam hatiku. Tulisan-tulisan yang mengingatkanku akan sesuatu yang menurutmu menyebalkan. Kau memanggilku 'miku', panggilan itu tetap terngiyang di telingaku.



Kau ingat saat malam ulang tahunku? Aku akan selalu mengingatnya 'sayang'. Kau duduk disebelahku, menjagaku, merawatku yang tengah terkapar tak berdaya, hingga pagi menjelang kau masih tetap menjagaku. Aku mendengar isak tangismu saat itu, kau selalu menyalahkan dirimu saat itu, tapi tidak untukku, dan walaupun memang harus seperti itu, itu semua telah terbayar bahkan lebih atas apa yang telah kau lakukan padaku malam itu.



Kau ingat saat aku selalu memarahimu ketika pagi-pagi kau selalu datang ke tempatku, membangunkanku yang tengah tertidur? Kau selalu tertawa dan tersenyum, lalu kau balik memarahiku yang tidak pernah bisa bangun pagi. Kau membawakanku makanan, menyuapiku yang terlalu malas untuk makan, membuatkanku milo, dan membereskan kamarku yang tidak pernah rapih. Di kamar ini bayang-bayang dirimu selalu hadir, seakan jiwamu masih berada disini, walaupun aku sadari bahwa itu hanyalah subjektivitasku belaka dan mustahil jiwa itu masih ingin mengisi ruanganku saat ini.



Kau ingat action figure Elrand milikku, kau menemaniku membelinya, kita bertengkar hebat saat itu, kau selalu mengingatkanku untuk bisa menahan sifat konsumtifku, kau yang tidak pernah mengetahui apa yang dilakukan kapitalis, justru engkaulah yang mengajarkanku untuk bisa menahan diri. Tadi siang mainan itu jatuh, dan saat itu pula aku meneteskan air mata dihadapan teman-temanku yang hanya bisa tersenyum padaku.



Kau ingat hadiah-hadiah yang kau berikan padaku dihari ulang tahunku? Sebuah poster The Beatles dibingkai indah, dengan tulisan-tulisan tanganmu di belakannya dan sebuah buku yang hingga kini belum tamat aku baca. Terima kasih 'blup'…tidak pernah ada hari sebahagia hari-hari saat kita bersama. Karena aku belum mendapatkan seseorang yang begitu memperhatikanku seperti apa yang kau lakukan terhadapku.



Kita pernah memiliki mimpi-mimpi yang sangat indah, kita pernah ingin mengumpulkan uang untuk bisa pergi ke Bali. Namun kau selalu pesismis karena aku yang begitu boros dan tidak bisa mengontrol uang. Kita pernah ingin berenang bersama, namun hingga semua ini harus berakhir itu tidak pernah terlaksana. Mulai dari kau yang tidak pernah mau membeli baju renang, hingga aku yang enggan menghantarkan kau pergi ke Gede Bage untuk membelinya. Kita pernah ingin menonton di Blitz, namun itu pun terlaksana setelah kita mengakhiri hubungan ini. Aku belum pernah sempat menemanimu membeli sepatu yang sama denganku. Rencana ke Dufan yang tidak pernah terlaksana, hingga kau pernah mengeluh padaku kenapa kita tidak pernah bisa kesana, lagi-lagi kau menyalahkan aku yang terlalu boros.



Setelah tanggal 23 yang sangat menyedihkan, aku tidak pernah tidak meneteskan air mata, saat aku menghilang darimu, justru aku ada, aku tengah berada dalam kegalauan, tengah berfikir keras untuk dapat menyeberangi jurang yang ada dihadapan kita. Aku memang berlari jauh meninggalkanmu, namun aku pasti akan berbalik arah, berlari kearahmu, mengajakmu berlari bersamaku, memegang erat tanganmu, bersama-sama meyeberangi jurang itu. Namun ketika aku kembali dan memiliki semua kekuatan yang dapat membawamu bersamaku menyeberangi jurang tersebut, engkau telah tidak berada disana, engkau pun telah berlari dan tidak dapat kukejar kembali. Dan saat aku telah menemukanmu, apa yang telah kumiliki saat ini tidak akan pernah bisa mengajakmu bersamaku.

Awal 2008 yang sangat membahagiakan, kita berdua berjanji untuk saling mencintai. Dan kita menjalani beberapa bulan di tahun ini dengan penuh suka dan cita, hingga kini semua itu harus berakhir…aku akan selalu ingat perkataanmu, 'jangan pernah lari dari kenyataan', namun tidak untuk tidak pesimis-untuk terus mengharapkanmu bersamaku-dalam hal ini. Walaupun sempat terpikir untuk melakukan seperti apa yang gagal aku lakukan tahun lalu, semoga pikiran-pikiran seperti itu tidak terus mengisi kekosongan ini.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

mimi... gw bener2 terharu loh baca ini...hiks...tp gw yakin kamu pasti dah dpt pengganti yang jauh lbh baik n bisa menghibur luka hati kamu sekarang kan ;-)