Selasa, 20 Januari 2009

Setiap malam menjemput
Aku tak pernah bosan untuk menyalakan setitik cahaya
Bilamana dunia tiada lagi satu hal yang disebut penerangan
Dan,
Walau duniaku pun mati akan kata terang
Karena masih
Egoku terlalu kuat mengikat nyawa
Biarlah aku hanya menjadi asap saat dia hadir
Dan biarlah aku hanya menguap terbang kala nanti dia dapat bahagia
Menemukan kebahagiaan, proses yang dicarinya…
Sungguh,
Mataku tak dapat terpejam untuk tidak menangkap geriknya
Otakku gila memandang memori yang terpenjara
Pikiranku terpejam berimajinasi sesuatu yang tak mungkin Tuhan beri
Hati kecilku menyanyikan minor-minor megah kepedihan
Tapi jiwaku terus berjalan tegap
Bahkan jika aku harus menyesali diri lagi
Saat menangkap realita yang begitu membingungkan
Karena dia tak mengerti,
Aku tak mengerti,
Seribu kata tanya Apakah Mengapa yang tak tertebak
Sekarang aku tak peduli jika kehidupan memberi kesulitan
Lagi, klise mengatakan untuk berpangku menanti waktu
Memang aku bukan siapa-siapa
Yang pantas menuntut apa-apa

Jika saja aku lebih menawan…
Dapatkah dia memelukku dalam kelembutan yang kuimpikan?


mimi aka kill_me galau

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)

Kamis, 15 Januari 2009

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight


In Indonesian:

Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati

Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusak
Dan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yg salah & benar

Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

lagu keren banget nih..
gw aja sampe merinding!!
mimi tidur dulu ah!!

Rabu, 14 Januari 2009

mimi EEK dulu sbentar!!

"TAI"

Pagi, siang, malam tak berarti bagiku.

Ketika semuanya serba berantakan dan tak pernah lagi menyenangkan.
Waktu demi waktu aku tetap menjijikan.
Dalam selokan dan pojok got yang berceceran.


Aku tak pernah tahu lagi apa itu waktu, karena waktu telah menyita keberadaanku.
Bertahan untuk makan berak, atau dalam tumpukan sampah.
Kumpulan manusia tak lagi menyadari eksistensinya.
Hanya diperkosa waktu dan keringat setan kota ini.


Bahkan di pojok got dan selokan kota aku menanti.
Menanti melihat apa yang akan terjadi.
Ketika hegemoni telah mendiami sisi hidup.
Dan barisan itu hanya terdiam dan kikuk tak sadar akan kehancuran,
kehancuran yang tercipta oleh mereka dan mereka juga.


Aku tersenyum dan menjarah setiap kemungkinan konsumtivisme.
Dalam setiap konsumtivisme yang lahir dari kandungan mall-mall yang berseri.
Pada malam-malam kelam aku berjalan dan bertahan.
Yang seperti biasa aku lakukan, karena aku sebongkah tai.

AGAMA ITU SAMPAH.

Dan tak ada lagi rumput yang hijau.

Udara segar hanya menjadi amis.

Dan setiap pengharapan yang kalian miliki hanya bertuliskan pengharapan berselubung neraka.


Bahwa agama adalah sampah.

Bahwa agama telah menjadi limbah.

Kepulan asap hitam untuk agama.

Bertopeng api para pemimpi.


Yang berjalan tetap stagnan.

Dalam layar tv setan.

Yang menawarkan kiloan pahala.

Dan hanya berakhir dalam rupiah angka.


Ketika surga dan neraka menjadi akhir tujuan.

Ketika itu pula tuhan dan iblis menjelma.

Dalam dunia nyata para. Pengkhotbah.

Pengkhotbah seribu muka dengan setumpuk pahala.

Agama telah menjadi alat.

Alat sejuta pencapaian.

Pencapaian malaikat bersayap.

Yang dirasuki iblis jalang.

Kau sampah dan agamamu dan tuhanmu.

Tuhanmu telah berubah,

menjadi tuhan palsu yang bersemayam dalam tumpukan neraka dunia.



AGAMIS VS AGAMA


Resapi dulu apa maknaku itu!

Hanya eksistensi hurufkah?

Agama bukan jalan, bukan pula sampah

Tapi agama yang bagaimana?

Nalarku berbisik 'AGAMA ITU SAMPAH'!


Untuk apa aku bertobat dengan kata-kataku,

untuk sebuah fakta dunia yang basi...

Silakan aku setan yang mempersetani agama, agama apa?

Setubuhi, telanjangi puisiku yang bukan puisi!


Imej itu memuakkan, aku bersumpah...!

Tapi apa di balik imej, jangan tanya kenapa?

Terlalu instan dan menjijikan...

Parang bukan jawaban.


>mimi ngantuk!!

jalani jalanmu!!

HENDRA (i miss u)

Di sebuah rumah di depan mesjid dekat tempat tinggalku aku berbincang dengan seorang kawan lamaku yang lama tak aku jumpai karena kesibukan satu sama lainnya di antara kami berdua. Hendra sangat berbeda dengan pribadi yang dulu ku kenal, ia sekarang berjenggot, dan berpakaian gamis. Dulu ia adalah sahabat yang ku kenal selalu menenggak minuman keras bersamaku saat aku dan dirinya masih duduk di bangku smu, kami selalu berbagi tawa juga saling melengkapi kesenangan kami dengan mengoleksi musik-musik cadas yang lagi nge-trend saat itu (nge-trend dalam term underground saat itu).

Bercanda, tertawa, berkelahi di jalanan, meludahi orang, merusak fasilitas umum, mabuk di jalan, broken home... dan semacamnya....

Kini Hendra memilih jalan sebagai jemaah yang sering bepergian lintas kota untuk mendalami ilmu agama yang ia percayai. Ia pun kini menyukupi kebutuhanya sehari-hari dengan berdagang parfum, tentunya parfum yang tidak beralkohol. Sewaktu pertama kali ia memutuskan untuk menjalani keislamannya, ia sangat berapi-api untuk menyebarkan ajran islam di sekitar lingkungan tempat tinggalku, aku pun suatu hari sempat berbincang dengan dirinya - tentang islam dalam persepsi hitam-putih, benar-salah menurut persepsinya. Ya, aku sedikit memakluminya, tapi tidak ketika lama-kelamaan dia selalu saja menaruh kebenaran di atas persepsi keislamannya saja.. what a fuck... eat da'shit muthafucka'...

Hidupku terus berjalan, begitu pula mungkin kehidupannya, entah di mana aku tak lagi tahu dan tak ingin tahu lagi keberadaanya.

Percakapanku berlanjut di depan rumah itu. Aku menanyakan perihal dirinya dan aktivitas dirinya, vice versa. Dia kini nampak lebih berubah dan sedikit bijaksana dibanding dengan dulu, yang selalu berbicara tentang agama. Kini dia lebih bisa membijakki suasana ketika membicarakan segala hal tanpa melalui persepsi serta sudut pandang keislamannya. Kini pun aku mulai bisa berkeluh tentang segala kehidupanku, tentang kehidupan kawan-kawanku dulu yang sekarang entah ke mana. Yah, dia memang cukup bijak untuk aku ajak bicara dan bercanda seperti dulu. Aku kini tak lagi mempermasalahkan lagi tentang kehidupan personalnya, dan kehidupan agamanya. Hendra memang telah berubah kini.